live chat fb



5.3.12

Ketika Senja Merona Lain


Penulis : Rifatul Farida

Di sore Jakarta, melihat para pemulung dan pencari kardus bekas dengan gerobaknya, lusuh. Mereka kembali pulang.
Ada jiwa pahlawan kudapati pada sosok lusuh mereka. Mungkin pahlawan untuk anak usia enam tahun yang menjadi buah cintanya dengan seorang wanita sederhana. Dan tentu saja pahlawan untuk sang wanita tercinta yang telah "memberikannya" seorang anak lucu namun harus ikut berjibaku, bertahan hidup, mengais rupiah demi rupiah di barang-barang rongsokan yang bagi sebagian kita menjijikan untuk di pungut kembali.
Mereka, adalah pahlawan yang telah mendapatkan tempatnya sendiri. Yang tak perlu tanda jasa, tak perlu pengakuan, pun tak perlu eksploitasi. Mereka adalah pahlawan bagi anak dan isterinya.
Sedang tidak ingin menggugat rasa ketidakadilan, namun sungguh keterlaluan bagi sebagian kita yang masih bisa hidup bermegah-megah, berboros ria, dengan pemandangan di sekitar kita yang begitu gamblang memprihatinkan.
Bisakah sejenak saja kita pikirkan bagaimana sepuluh tahun ke depan untuk anak usia enam tahun itu? Yang seharusnya saat ini sedang bernyanyi riang dengan lagu "Taman kami yang sangat indah, tempat bermain dan belajar, taman kanak-kanak...".
Jangan salahkan orangtuanya jika kemudian di masa remajanya ia menjadi pencopet, preman jalanan, dan banyak lagi istilah yang bermakna sampah masyarakat, tanpa tahu batasan halal dan haram, karena sedari kecil tak pernah mendapatkan pelajaran moral. Jangan salahkan ia jika di usia baligh tak tahu adab, etika, dan sopan santun. Karena baginya hidup bukanlah soal haram halal, hidup bukanlah soal kesopanan, hidup bukanlah soal keluwesan apalagi keindahan. Tapi baginya, hidup adalah bagaimana mendapatkan rupiah. Hidup adalah bagaimana tetap bernafas dan hidup.
Mereka, membutuhkan kita untuk berubah. Mereka membutuhkan kita untuk menjadi lebih baik dari keadaan sekarang. Mereka membutuhkan tangan-tangan suci untuk menyucikan jiwanya, dan tangan itu bukan tangan mereka. Tapi tangan dari para manusia yang selalu terbasahi dengan air wudhu, tangan yang tergerakkan oleh jiwa yang mampu menjangkau lingkaran luar dari dalam dirinya.
Sungguh, kelak akan datang suatu masa ketika semua anggota tubuh menjadi saksi. Lesatan pertanyaan yang mungkin tak pernah kita duga; Apa yang sudah kita lakukan untuk mereka, atas nama tanggung jawab ukhuwah? Lalu, jawaban apa yang kita punya? Sementara gundukan egoisme begitu angkuh membatasi kita, dan akan semakin menjulang tinggi jika tak sedari sekarang juga kita seriusi untuk menghentikannya.
Mereka, saudara kita juga, yang menjadi bagian dari kehidupan kita. Yang hubungan persaudaraan itu dengan indah Nabi SAW mengibaratkan layaknya satu tubuh; jika bagian yang ini sakit, maka bagian yang lain ikut pula merasakannya.
Astaghfirrullahal'adzim....

All. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Visitantes

My Blog List

Baca Juga Yang Ini Ya.......

search

Pengikut

My Blog List

Headlinews

Translate

BERITA TERKINI

JADWAL SHALAT

JADWAL SHALAT:

div>

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting