Penulis
: Rahmat Hidayat Nasution
Andai di
sebuah rumah terdapat sebuah lemari penuh dengan makanan lezat tapi terkunci
rapat, manakah yang bakal dahulu dipikirkan? Isi lemari atau kunci lemari? Jika
orang yang berpikir normal, yang pasti dipikirkan adalah kunci lemari.
Mati-matian memikirkan isi lemari hingga ‘ngences’ sekalipun, tak akan terbuka
pintu lemari dan tak akan bisa menikmati makanan lezar tersebut.
Sejatinya,
kehidupan kita tak jauh beda dengan cerita lemari dan isinya. Di dunia ini
Allah telah sediakan beragam fasilitas. Tak ada yang kurang dari kehidupan yang
kita jalani. Hanya saja terkadang kita lupa mencari kunci kehidupan ini agar
fasilitas demi fasilitas yang disediakan Allah menjadi terasa nikmat. Masihkah
bertanya kuncinya apa? Jawabannya adalah syukur. Ya, s-y-u-k-u-r. Gampang
menyebutkannya dan mudah mendapatkan kuncinya, hanya kita saja yang terkadang
lupa menggunakan kunci tersebut. Sehingga merasa hidup ini seperti menonton
kebahagian orang lain. Hanya bisa ‘ngences’ melihat apa yang dimiliki orang
lain, tanpa pernah berusaha dan berpikir bagaimana agar yang dimiliki juga bisa
membuat diri bahagia.
Masihkah
belum yakin kalau syukur adalah kuncinya? Baik. Syukur adalah menerima apapun
yang diberikan Allah kepada kita. Itu pemahaman yang paling gampangnya. Mudah,
bukan? Namun nyatanya, terkadang kita masih was-was, masih gelisah, bingung,
pening, dan sebagainya. Syukur itu pengundang rezeki. Anda ingin memiliki
sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini, perbanyaklah bersyukur.
Anda
memang nggak perlu mempercayai apa yang saya tuliskan ini, tapi saya sangat
memohon Anda mempercayai firman Allah SWT yang termaktub di dalam surat 
Oleh
karena itu, jika merindukan ingin hidup bahagia dan dapat menikmati hidup
dengan baik dan benar, mari kita kuasai empat kunci syukur pengundang nikmat.
Pertama,
yakinkan pada diri bahwa semua yang dimiliki adalah milik Allah. Pastinya Anda
sudah paham sekali maksudnya, bukan? Tepat, mirip seperti ucapan Aa Gym dalam
salah satu ceramahnya. Untuk bisa jadi pribadi syukur, kita perlu pinjam pola
pikir tukang parkir. Meski segala kendaraan mewah parkir di halaman parkir yang
dijaganya, sama sekali tidak akan membuatnya sombong. Begitupun ketika seluruh
kendaraan diambil sampai habis tak akan membuatnya kecewa dan merana. Tukang
parkir sangat sadar bahwa segala yang ada hanya titipan saja, sama sekali bukan
miliknya. Demikian seharusnya diri kita. Meski saya tak menganjurkan Anda jadi
tukang parkir, tapi pola pikir tukang parkir dalam melihat yang dititipkannya
penting untuk diamini.
Kenapa
kita terkadang sombong atau nelangsa ketika kehilangan, karena kita merasa
memiliki. Padahal, itu bukan milik kita. Bahkan diri kita sendiri pun bukan
milik kita. Maka sangat tidak pantas, jika kita tidak bersyukur kepada Allah
SWT. Dia percaya menitipkan milik-Nya kepada kita, tapi kita malah tidak amanah.
Kedua,
selalu memuji Allah dalam segala kondisi. Ini sangat gampang dipahami. Apapun
yang terjadi dengan diri kita, tetaplah bersyukur. Sedang bahagia, pantas
bersyukur. Sedang dapat kesusahan juga pantas bersyukur. Terkadang kita
nelangsa atau marah-marah bila mendapat musibah, padahal kita harus ingat bahwa
Allah sangat sayang dengan kita sehingga dihadirkannya musibah. Seharusnya kita
sabar sambil bersyukur, karena Allah sedang mengingatkan kita. Mengingatkan
bahwa harta atau barang yang hilang memang bukan milik kita. Mengingatkan juga
bahwa Allah akan hadirkan suasana baru yang lebih pantas dan tepat untuk kita.
Oleh
karena itu, sering-sering sebelum tidur bersyukur kepada Allah. Ingat
keberhasilan apa yang sudah dicapai hari ini. Tidak mesti keberhasilan itu yang
sifatnya besar. Buat Anda yang berprofesi penulis lalu hari ini bisa membuat
catatan, baik dibaca orang lain atau tidak, mesti bersyukur. Karena Anda bisa
menuangkan ide yang sedang berkecamuk di kepala. Anda yang berprofesi sebagai guru,
pantas untuk bersyukur karena sudah bisa mentransfer ilmu dan membantu orang
lain untuk memahami ilmu. Anda yang bekerja sebagai pegawai di instansi juga
layak bersyukur karena Anda sudah membantu pimpinan Anda sehingga ia bisa
mempertanggungjawabkan amanah jabatannya. Anda yang masih kuliah dan sekolah,
wajib bersyukur karena masih bisa menuntut ilmu. Anda yang ibu rumah tangga
harus bersyukur karena masih bisa melayani suami dan anak-anak.
Ketiga,
memahami bahwa nikmat yang dimiliki adalah kendaraan menuju Allah. Artinya,
apapun yang dimiliki saat ini bisa dijadikan sebagai kendaraan untuk makin
mendekatkan diri kepada Allah. Uang yang dimiliki dijadikan kendaraan menuju
Allah dengan rajin bersedekah. Jabatan yang dimiiki dijadikan kendaraan menuju
Allah untuk bekerja dengan sebaik-baik pekerjaan. Ilmu yang dimiliki dijadikan
kendaraan menuju Allah dengan cara mentransfernya ke orang lain. Bahkan tubuh
yang dimiliki pun dijadikan kendaraan menuju Allah dengan cara selalu
mengajaknya untuk beribadah kepada Allah, misalnya shalat lima 
Keempat,
tahu balas budi dan terima kasih. Artinya, jika ada yang berbuat baik kepada
Anda, maka berterima kasih kepadanya dan do'akan dirinya di dalam do'a-do'a
yang dimohonkan kepada Allah. Ucapkanlah terima kasih kepada guru Anda yang
telah mengajari Anda ilmu. Jika mengenangnya, berdo'alah kepada Allah untuknya.
Ucapkan terima kasih kepada penulis buku yang bisa memotivasi Anda menjadi
pribadi yang produktif, dan do'akan dia dalam do'a-do'a yang Anda mohonkan.
Ucapkan terima kasih kepada murid-murid Anda karena sudah mau mendengarkan apa
yang Anda ajarkan dan jangan lupa do'akan mereka juga di dalam do'a-do'a Anda.
Hal ini
sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW, “Siapa yang telah berbuat kebaikan kapada
kalian, maka hendaklah membalasnya. Jika tidak mampu membalasnya, maka
berdo'alah untuknya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Sebab
Allah Maha Mengetahui orang yang berterima kasih dan sangat cinta terhadap
orang-orang yang bersyukur.“ (HR. Thabrani).
Sejatinya,
dengan mensyukuri yang sedikit, maka Allah akan menambahkan rezeki kepada Anda.
Yakinlah bahwa Allah tidak akan mengingkari janji-Nya. Kini, bagaimana dengan
Anda pribadi? Mampukah menjadi ahli syukur?
 
 
 
