Sadarlah generasi alay!
Bro en Sis, ‘penggila’ gaulislam, seperti yang
udah kamu tahu soal anak alay, karena bisa jadi itu kawanmu di sekolah,
saudaramu satu rumah, atau malah dirimu sendiri yang udah eksis jadi anak alay,
maka kita harus menyadarkan mereka (termasuk nyadarin diri sendiri). Iya nggak
sih?
Ketahuilah kawan, meski kelihatannya sepele
soal anak alay, tetapi saya merasa harus menyadarkan. Gimana pun juga, generasi
alay nggak berhenti hanya pada bahasa dan model penulisan dalam menyampaikan
pesan. Hal lain yang justru perlu diwaspadai adalah soal gaya hidup. Jika “alay” sudah menjadi
karakter, maka akan mudah bagi orang tertentu untuk merasa terbiasa jadi
generasi alay. Menganggapnya hal sepele dan lumrah. Sebagian menyebutnya sebagai
bagian dari dinamika hidup. Waduh, nggak banget, Sob!
Dinamika hidup bukan soal gaya
hidup, apalagi gaya
hidup yang keliru bin salah karena jauh dari syariat Islam. Anak alay juga
sebelas dua belas ama anak-anak yang sering merasa galau. Persis banget kelakuannya,
bagai pinang dibelah satpam (apa hubungannya?). Hmm.. atau nih sebenarnya udah
satu paket bahwa anak yang sering galau tuh pastinya anak alay, atau anak alay
adalah anak yang seringnya curhat di sembarang tempat—terutama situs jejaring
sosial dan mereka itu gampang banget ngerasa galau. Tapi terlepas dari soal
itu, sikap galau dan alay nggak pantes banget nemplok pada diri remaja muslim.
Catet!
Jadilah remaja smart
pejuang syariat
Bro en Sis rahimakumullah, calon para pembela
Islam dan pejuang dakwahnya, sebagai remaja kamu harusnya keren, smart dan
bangga jadi pejuang syariat. Buang deh jauh-jauh karakter yang gampang galau
dan memble ala anak alay dari folder kepribadianmu. Delete saja. Buka folder recycle
bin, lalu empty dah isinya. Nah, jangan sekali-kali kamu pake
‘software’ lain untuk ngembaliin file-file galau dan alay dari tempat sampah
itu. Please jaga baik-baik dirimu, Bro!
Sobat muda muslim, ayo bangkit dan masuk ke
dalam barisan pejuang Islam. Makin banyak yang berjuang, insya Allah kian besar
pengaruhnya dalam mewarnai kehidupan ini. Meski adakalanya sebuah peperangan
atau revolusi tak selalu berbanding lurus dengan jumlah pejuangnya. Artinya,
tak selamanya jumlah banyak bisa memenangkan pertempuran. Karena yang
terpenting adalah kesamaan visi dan misi. Lebih hebat lagi tentunya jumlah
banyak dan punya kesatuan visi dan misi. Betul nggak seh?
Jadi, yuk mari tekadkan dan kuatkan perjuangan
kita. Jangan pernah takut terhadap apapun, kecuali kepada Allah. Bahkan kita
kabarkan kepada dunia, bahwa ancaman kematian, bukanlah penghalang bagi
perjuangan kita untuk membela Islam. Seperti kata Syekh Ahmad Yassin: “Kematian
tak pernah menakutkan kami. Sebab melalui itu, kami menemukan jalan menjadi
syuhada.” Allahu Akbar! Dahsyat semangat keimanannya.
Ayo, jangan takut, jangan minder, dan jangan
malu en males jadi pejuang Islam. Kita di jalan yang benar sobat. Kita tidak
sendirian. Jumlah kita ribuan, bahkan jutaan yang akan berjuang membela Islam.
Sebagai penyemangat perjuangan, yuk kita sama-sama senandungkan salah satu
lirik nasyid Izzatul Islam yang oke punya: “Barisan mujahid melangkah ke depan/ Tanpa rasa takut
menghalau rintangan/ Cahya Islam kan
selamanya memancar/ Dengan darah kami sebagai pembakar”. Tetep
semangat berjuang sampai akhir hayat. Enyahkan galau dan alay dari dalam
kehidupanmu!
So, jangan pesimis ya. Kemenangan Islam
memang insya Allah akan datang. Melalui keterlibatan kita, atau bahkan tanpa
keterlibatan kita. But, tentu alangkah nikmatnya jika kita
menjadi bagian dari perjuangan untuk meraih kemenangan tersebut. Iya nggak sih?
Maka, daripada galau dan alay, mendingan
buruan nyadar, berkemas untuk belajar ngaji, pahami, amalkan dan dakwahkan.
Sehingga kamu nantinya bisa bilang: galau dan alay? No way! Smart dan pejuang
syariat? Yes banget!