Bro en Sis pembaca gaulislam, nggak cukupkah Allah Swt. ngasih
nikmat buat kita? Nggak nyadar kalo kita udah diberi waktu untuk hidup? Saat
kita bangun pagi, membaca doa, lalu berpikir sejenak: “Aku masih hidup, terima
kasih ya Allah. Engkau telah memberikan kesempatan bagiku untuk menjemput
karunia-Mu yang besar dan berlimpah di dunia ini”. Subhanallah, kalo semua
remaja dan umat manusia ini berpikiran demikian, rasanya sedikit, atau malah
nggak ada yang galau dalam hidupnya.
Seberat apapun masalah yang dihadapi,
nggak akan berkeluh kesah dan putus asa. Sebaliknya, akan kian semangat mencari
solusinya dengan tetap mengharap ridho Allah.
Rasa-rasanya di antara kaum muslimin umumnya
sudah pernah membaca surat
ar-Rahman. Ya, pasti akan berkesan dengan diulang-ulangnya hingga 31 kali
ayat: Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban (“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kamu dustakan?”). Ayat ini diletakkan di akhir setiap ayat yang
menjelaskan nikmat Allah Ta’ala yang diberikan kepada manusia. ‘Seolah-olah’
Allah Swt. mempertanyakan kepada kita: “NikmatKu yang mana yang kamu dustakan?”
Jika kita sedang berhadapan dengan seseorang
yang mempertanyakan dengan pertanyaan seperti itu kepada kita, rasanya kita
akan takut ketika kita memang mendustakan pemberiaan orang tersebut. Apalagi di
hadapan Allah Swt.? PertanyaanNya terasa sangat menghunjam dada kita. Sesak
rasanya. Meski kita tak mendustakan nikmatNya, namun tetap saja ada rasa
khawatir, “jangan-jangan banyak juga nikmat yang tak terasa yang kita lupa
bersyukur kepadaNya, atau bahkan tak menganggapnya sebagai nikmat”. Kita pantas
takut.
So, nggak ada alasan untuk galau kan ? Allah Swt. udah
ngasih begitu banyak kenikmatan bagi kita. Ngapain juga kudu nulis status di
facebook: “gue sedih, pacar ninggalin gue… ada racun serangga nggak ya?” Wedew!
Cemen banget. Atau nge-twit gini: “Tuhan nggak adil, aku tak pernah bisa
bahagia” Astaghfirullah. Ckckck.. jangan sampe kayak gitu Bro en Sis! Nggak
boleh berburuk sangka kepada Allah Swt. Lagian, ngapain juga nulis di facebook
yang bisa dibaca ribuan teman kamu atau ribuan follower-mu di twitter, apakah
ingin seluruh dunia tahu tentang kamu? Dulu waktu SMP saya punya buku harian,
yang isinya hanya saya yang tahu.
Keluh kesah tetap ada, tapi saya menguncinya
dengan rapat di buku harian. Orang lain tak boleh tahu. Kalo sekarang? Hehehe..
facebook dan twitter udah jadi sarana penampungan dan publikasi galau kamu.
Halah!
‘Curhat’sama Allah Swt.
Sebagai orang yang beriman kepada Allah Swt., nggak pantes
banget kalo kita berkeluh kesah, putus asa, dan mengumbar kegalauan kamu ke
seantero penduduk bumi. Cukup Allah Ta’ala saja sebagai tempat kamu ‘curhat’.
Orang lain belum tentu bisa semuanya membantu kesulitanmu, tetapi Allah Swt.
insya Allah pasti akan menolongmu. Jadi selalu ingat Allah di kala hatimu
resah, gelisah, gundah gulana bin galau.
Allah Swt berfirman: “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS
ar-Ra’d [13]: 28)
Salah seorang ulama salaf berkata: “Sungguh
kasihan orang-orang yang cinta dunia, mereka (pada akhirnya) akan meninggalkan
dunia ini, padahal mereka belum merasakan kenikmatan yang paling besar di dunia
ini”, maka ada yang bertanya: “Apakah kenikmatan yang paling besar di dunia
ini?”, Ulama ini menjawab: “Cinta kepada Allah, merasa tenang ketika
mendekatkan diri kepada-Nya, rindu untuk bertemu dengan-Nya, serta merasa
bahagia ketika berzikir dan mengamalkan ketaatan kepada-Nya” (Dinukil
oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/72)
Sobat muda muslim pembaca setia gaulislam,
bertakwalah kepada Allah Swt., insya Allah masalah yang kita hadapi ada jalan
keluarnya dan tawakkallah kepada Allah Swt, insya Allah Dia akan mencukupkan
keperluan kita. Sebagaimana dalam firmanNya (yang artinya): “Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS
ath-Thlaaq [65]: 2-3)
Ayat ini adalah janji Allah Swt. Kita wajib
mempercayainya. So, nggak usah galau atas segala
kesempitan dan kesusahan yang kamu hadapi. Takwa dan tawakkal kepada Allah Swt
akan menentramkan pikiran dan perasaan kita. Tetap berdoa kepadaNya minta
dimudahkan dalam segala urusan kehidupan kita. Insya Allah ada jalan keluarnya.
Tips sederhana
Bro en Sis, nih ada sedikit tips praktis yang
insya Allah bisa membantu kamu ngilangin galau:
Pertama, jangan putus asa.Benar
sobat. Nggak perlu untuk putus asa. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya
dalam hidup kita. Realistis saja. Ibarat dua sisi mata uang, kalo yang satu
adalah kegagalan, maka sisi lainnya adalah keberhasilan. Jadi, masih ada
kesempatan untuk mencobanya lagi. Maju terus pantang mundur dan jangan galau
Kedua, belajar dari kesalahan. Hidup ini penuh dinamika sobat.
Kemarin kita boleh gagal. Tapi esok, jangan terulang lagi. Itu sebabnya,
pelajari kenapa kita gagal. Mungkin ada kesalahan yang kita lakukan. Mending
pelajari dan perbaiki kesalahan itu ketimbang ngumbar galaumu.
Ketiga, galang dukungan. Nggak usah malu untuk
meminta dukungan dari pihak lain. Apalagi jika kekuatannya bisa memperbaiki
kegagalan dan kegalauan kita. Kita bisa lakukan itu untuk meningkatkan semangat
dan kinerja kita. Jadi gandeng teman, ortu, guru dsb untuk membantu atasi
kegalauanmu selama ini.
Keempat, baca biografi orang yang sukses dalam
hidupnya. Kamu bisa baca
kisah para sahabat rasulullah saw., dan juga orang-orang sukses jaman kiwari.
Siapa tahu bisa tambah bikin semangat. Cobalah.
So, meski banyak generasi galau, don’t
follow. Sebaliknya, ajak mereka supaya nggak galau lagi. Caranya? Coba mulai
dengan ngasih artikel gaulislam edisi ini dan ajak diskusi. Sip kan ?
Selain memberikan ilusi akan sosialisasi yang
palsu, jejaring sosial juga memiliki seabrek permasalahan lainnya, beberapa di
antaranya adalah:
Pertama, jejaring sosial sering menjadi ajang “childish”
alias kekanak-kanakan. Sebagian merupakan efek dari narsisme, dimana doi pengen
banget dapet perhatian orang lain. Pastinya sudah sering denger orang complain di jejaring sosial hanya karena hal
sepele, kayak laper, pusing, dingin, nggak dibeliin Ipad, engga diijinin kawin
ama ortunya (loh?) dan sebagainya. Apa untungnya memposting permasalahan yang
sedang kita hadapi? Supaya seluruh dunia ngebacanya? Ngebuka aib sendiri? Atau
kesulitan menerima kenyataan yang sedang kamu hadapi? Come On Grow Up Guys!
Kedua, penyimpangan penggunaan jejaring sosial
untuk tujuan jahat, sudah sering kita denger orang tertipu dari jejaring
sosial, mulai ketipu dari hal yang kecil sampai ketipu jenis kelamin
pasangannya yang dikenal via jejaring sosial, karena data jenis kelaminnya di
jejaring sosial dimanipulasi. Sangat susah untuk bisa kita cerna dengan logika
kita: sad, but it’s true (**sambil nyanyi lagunya Metallica!)
Ketiga, sumber berbagai permasalahan
interpersonal. Mulai dari sindir-sindiran via status update, kesinggung karena
salah baca updetan temen, Ge-er ama status temen (dikira dirinya, padahal
bukan), sampai yang berujung perceraian juga sudah terjadi, udah wasting
time nambah masalah pula,
rugi bener.
Keempat, alat marketing yang digunakan terlalu
berlebihan. Udah jamak jaman sekarang berbagai produk dicantumkan, follow us on
fb or twitter. Banyak perusahaan mengganggap jejaring sosial adalah alat
marketing murah meriah yang cukup populer, coba deh kamu tanya diri kamu
sendiri, buat apa sih follow sebuah produk gitu loh? Masih lumayan follow
seorang pakar di bidang tertentu, karena kita berharap bisa belajar banyak dari
informasi yang dia share di jejaring sosial, nah ini follow produk? Misal kita
follow produk popok bayi, ngapain kita (manusia) “mengikuti” popok bayi? Apa
engga lebih baik kita mengikuti Nabi Muhammad saw.? Nyadar dong kalo kita udah
dijadikan obyek marketing gratisan!
Kelima, permasalahan klasik, yakni soal
privasi. Data apapun itu bentuknya, ketika kita pengen ngehapus (bener-bener
hilang, bukan nonaktif) ternyata terlalu berharga bagi para penyedia jasa
jejaring sosial. Sebab, bagi mereka setiap data ada harganya. Data yang sudah
mereka peroleh dengan mudah dari para usernya yang susah payah mendaftar dengan
suka rela, tidak serta merta hilang ketika kita seorang user menutup akun-nya.
Ini memunculkan pertanyaan mendasar, data-data tersebut sebenernya punya siapa?
Kalo kemudian ada yang nyari duit dari data-data kita tersebut, mestinya kita
berhak memperoleh bagian dari penjualannya dong. Tul nggak?
Bijak gunakan jejaring
sosial
Menimbang kemudhorotan dan manfaat dari
jejaring sosial, mestinya kita bisa dengan mudah menentukan kudu gimana kita
dengan kondisi jejaring sosial saat ini. Yang jelas sikap idealnya adalah
meninggalkannya jika tak mampu memanfaatkan dengan benar dan baik. Namun bila
hal itu ada niat dan mampu untuk menyampaikan dakwah dan menunjang tersebarnya
dakwah via internet, silakan saja. Buletin gaulislam juga punya kok akun di fb
dan twitter untuk menunjang penyebaran informasi dakwah. Ya, sebatas keperluan
itu saja.
Memang hukum dasarnya adalah mubah untuk
penggunaan teknologi semacam ini, dari sudut pandang usul fiqih, mubah adalah
kondisi hukum yang berupa pilihan yang diserahkan pada manusia, yang dimaksud
dengan pilihan di sini adalah pilihan untuk melakukan maupun tidak melakukan
aktivitas tersebut, tentunya harus ditimbang dengan standard syar’i. Jadi kita
musti menimbang permasalahan penggunaan jejaring sosial ini sesuai dengan
kondisi yang kita hadapi.
Fenomena maraknya jejaring sosial di Indonesia ini
juga mengindikasikan bagaimana kualitas umat Islam di negeri kita, karena
sebagai seorang muslim kita kudu bisa menghargai waktu dengan baik dengan cara
memanfaatkannya sesuai dengan hadis daro Abu Hurairah r.a.: “Nabi bersabda,
salah satu ciri baiknya keislaman seseorang adalah ketika dia meninggalkan
hal-hal yang tidak bermanfaat (bagi dunia dan akhiratnya)”. Dari hadis tersebut
bisa kita tarik kesimpulan kalo emang keislaman umat di Indonesia ini
baik, sudah pasti hal-hal yang tidak bermanfaat pasti nggak akan laku, bukan
malah sebaliknya.
Get Real, Bro! Kalo kamu emang punya pemikiran
jenius tiada taranya, tuangkan pemikiran kamu dalam amalan yang “Real”, supaya
orang lain merasakan hebatnya kontribusi pemikiran jenius kamu! Buat apa kamu
tuangkan pemikiran jenius kamu di jejaring ‘soksial’ dan kemudian ngerasa
“besar” di FB/Twit karena banyak temenya atau follower-nya yang ngerespon
pemikiran-pemikiran kamu, tapi kehidupan nyata, you’re nothing!
Kita kudu kembali bersosialisasi dengan
“real”! Sosialisai itu gampang kok dan mengasyikan, nggak perlu media-mediaan,
and so pasti sangat manusia banget dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Hiduplah lebih banyak di dunia nyata, buatlah “sesuatu” in real life, Islam
masih memerlukan banyak banget pejuang-pejuang tangguh dan jenius seperti kamu
untuk menegakkan kembali kekhalifahan di muka bumi ini. So,
banyak-banyaklah bersyukur terhadap apa yang sudah kamu dapet saat ini, semoga
bermanfaat.