09:24 in
“Revi, kapan
terakhir kali kamu memegang Al-Qur’an dan membacanya? Atau mungkin berusaha
menghafalkannya?”
“Dua minggu
yang lalu di sekolah, kalau tidak salah. Emang kenapa?”
“Pas ujian
praktek agama, ya?"
“Iya.”
“Berarti
kalau tidak ada ujian praktek agama, tidak akan membacanya lagi dalam waktu
dekat ini, ya?”
“Siapa
bilang? Itu kan
kebetulan saja. Lagian waktu ujian agama, aku sudah hafal dua minggu sebelumnya
kok. Sok tahu, lo!”
Halah, keluar
deh Revi ‘taring’-nya. Jawaban yang tidak nyambung dengan esensi dari pertanyaan
saya. Tapi lebih pada sebuah pembenaran diri.
“Terus kapan
mau membacanya lagi? Emang hafalannya sudah sampai surat apa? Surat Al-Ma’uun hafal tidak?”
Setelah pesan
itu terkirim, saya rangkum dialog dengan Uci, adik saya yang masih duduk di
bangku SMP, ke dalam satu SMS dan saya kirim ke nomer ayuknya, Cak. Kemudian
saya sambung dengan sebuah SMS lagi, “Kalau yang kuliah kan tidak ada ujian agama, apa berarti malah
sudah lupa kapan terakhir kali membacanya?”
“Kenapa mesti
surat
Al-Ma’uun? Kalau surat
yang lain aku hafa!” balasan Revi.
Berselang
bilangan detik, SMS dari ayuknya juga masuk, “Ember, sorry dah lupa.
Hehe…”
Huh, dasar
dua-duanya pada error semua.
“Kan di sana
ada cerita begini, Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat,
yaitu.... Tahu tidak jawabannya? Oya, kalau surat
Al-Kaafiruun hafal kan?”
“Pasti
Al-Qur’annya juga lupa di mana menyimpannya kan? Ipodmu tuh yang adil isinya, minimal
kau simpan juz ‘Amma dan surat-surat pilihan favoritmu. Jangan hanya diisi
peterdol dkk doang. By the way, if only, mengkhayal dikit nih, kau bukan
adik kakak, sorry super sorry banget deh punya calon istri yang tidak
pernah membaca Al-Qur’an dalam kesehariannya sepertimu. Piiss, deh!” tulis saya
pada cak.
“Kan di sana
ada cerita begini, Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu
orang-orang yang lalai dari shalatnya. Kalau surat Al-Kaafiruun aku sudah hafal. Kecil dan
mudah.”
“Akhirnya deh!
Barusan membuka Al-Qur’an dulu kan?
Ya, benar. Semoga kita tidak termasuk orang yang lalai dari shalat yang kita
kerjakan. Amin.”
"Enak
saja, aku seringlah membaca Al-Qur’an. Maksudku tadi, aku sudah jarang
menghafalkannya,” protes cak.
“Ok deh kalau
begitu. Smile …”
***
Begitulah
akhir diskusi kami, saya dan adik-adik, malam itu untuk sebuah pertanyaan di
bawah ini.
“Kapan
terakhir kali kau memegang Al-Qur’an dan membacanya? Atau mungkin berusaha
menghafalkannya?"