Hidup
di dunia ada kalanya kesulitan datang dan ada pula kenikmatan yang menghampiri
kita. Ia datang bisa silih berganti. Untuk itu, kita diajarkan oleh Rasulullah
menyikapinya dengan sabar dan syukur. Bersabar bila ada kesulitan dan bersyukur
ketika kenikmatan datang kepada kita. Konsep dasar inilah yang harus kita
tanamkan dalam diri.
Hakikat
sikap sabar, tidak lain tahan menderita terhadap sesuatu yang tidak disenangi
hati dan perasan dengan penuh kesadaran sambil tawakkal kepada Allah. Ingat,
tugas kita dalam hidup ini hanya luruskan niat dan sempurnakan ikhtiar.
Oleh
karena itu, tidaklah disebut sabar apabila menahan dirinya itu disebabkan
keterpaksaan atau dipaksa. Tepatnya, sabar termasuk satu kesatuan jiwa yang
dapat menentukan sikap. Sehingga sikap sabar bagi kehidupan adalah dengan
memposisikan setiap problematika hidupnya sebagai proses pendewasaan kwalitas
kehidupan yang penuh arti dan bermakna.
Pada
tatanan yang lebih dasar, sabar merupakan sikap yang memancar dari dalam hati,
yang tegak di atas penyerahan diri sambil memohon pertolongan kepada Allah SWT.
“Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan dengan
shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]
: 153).
Agar
sabar yang kita bangun lebih maksimal, maka sudah seharusnya kita mengetahui
beberapa tingkatan sabar ini. Pertama, sabar dalam arti mampu menahan diri dari
berbuat maksiat, dosa, dan segala bentuk kejahatan dan keburukan (baca : QS.
Az-Zumar [39] : 10).
Kedua,
sabar dalam arti menerima segala macam musibah yang menimpa atau ditimpakan
oleh Allah sambil berusaha mencari jalan keluarnya.
Ketiga,
sabar dalam arti tidak memberikan reaksi balik terhadap segala macam fitnah,
isu, maupun sikap jahat dan perlakuan negatif dari orang lain yang diarahkan
kepada dirinya karena dikhawatirkan akan menambah buruknya suasana.
Keempat,
sabar dalam arti mendo'akan kebaikan atas orang yang melakukan tindakan atau
sikap jahat seperti sabarnya para ulul azmi (orang-orang yang mempunyai
keteguhan hati), sambil tawakkal kepada Allah.
Akhirnya,
apapun kesulitan dan kesengsaran dalam problemtika hidup yang menimpa diri
kita, maka harus disikapi dengan sabar. Sabar bukan berarti diam, tidak boleh
menangis, dan sedih. Tapi, sabar yang lahir dari sikap menerima problematika
hidup sebagai bagian dari takdir. Sehingga ia akan menjadi ketenangan yang
melindungi dari penyesalan yang tak berujung.
Wallahu
a'lam.