Sumpah yang diucapkan dengan penuh kesadaran menghasilkan
sesuatu yang besar. Salah satunya tentu Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Sebaliknya, sumpah diucapkan asal ucap hanya demi formalitas berpotensi
menghasilkan malapetaka. Contohnya, pejabat yang disumpah untuk tidak korupsi,
ternyata tertangkap tangan merampok uang rakyat.
Saat orang mengucapkan sumpah, seharusnya didasari kesadaran
dan keinginan kuat untuk menjalankan apa yang diucapkan. Menurut saya, orang
yang melanggar sumpah itu orang munafik kelas kakap dan tidak layak diberi
amanah yang besar. Mereka adalah orang-orang yang tidak konsisten.
Seorang dokter yang melanggar sumpah, seharusnya langsung
dicabut izin praktiknya. Bila ia seorang pejabat, maka harus langsung dipecat
dengan tidak hormat. Sebab, suatu negara yang dijalankan orang-orang yang
melanggar sumpah, negaranya akan semakin lemah. Sangatlah wajar bila sangsi
besar ditimpakan kepada para pelanggar sumpah.
Secara pribadi, kita juga diperbolehkan bersumpah. Dulu saat
usia 24 tahun, saya pernah bersumpah, “Demi Allah, saya akan berusaha dengan
sekuat tenaga untuk memberangkatkan orangtua saya ke tanah suci sebelum usia
saya 42 tahun.” Angka 42 untuk memudahkan saya mengingat bahwa saya pernah
bersumpah di usia 24 untuk mewujudkannya di usia kebalikan dari angka itu, 42.
Alhamdulillah sumpah itu terwujud saat saya berusia 40
tahun. Suatu ketika saya juga pernah bersumpah, tetapi gagal mentaatinya.
Ketika saya bertanya kepada para ulama terpercaya, ternyata sanksi dari
ketidaktaatan terhadap sumpah itu sangatlah besar. Saya harus membayar denda,
memberi makan orang miskin, dan berpuasa.
Oleh karena itu, saya enggan meneruskan untuk bekerja
sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), karena ada sumpah yang harus saya taati.
Ketika itu saya sadar bahwa keimanan dan mental saya masih sangatlah lemah.
Daripada saya melanggar sumpah, lebih baik saya bekerja di tempat yang tidak
mengharuskan saya membaca sumpah.
Sumpah bukanlah asal terucap. Membaca sumpah itu memiliki
banyak konsekwensi, baik di dunia maupun di akhirat. Sumpah asal sumpah
sebenarnya menjadikan Anda sampah kehidupan. Sumpah asal sumpah juga menjadikan
Anda layak dibuang ke tempat yang kotor di dunia dan tempat yang penuh siksa di
akhirat. Waspadalah!
sumber:http://jamilazzaini.com