live chat fb



12.7.13

Sudah Sedemikian Keraskah Hati Ini?


Turun dari bis, barulah sisi baik hati ini bergumam, “Andai saya berikan tempat duduk kepada ibu tadi, mungkin pagi hari ini keberkahan bisa saya raih. Siapa tahu ridha Allah untuk saya di hari ini dari do'a dan terima kasih ibu itu jika saja saya berikan tempat duduk.” Ah, kenapa baru kemudian diri ini menyesal?

Di dalam perjalanan menuju kantor, saya terlelap menikmati sejuknya udara dalam bis. Tak terasa hingga kondektur bis membangunkan saya untuk menagih ongkos. Dengan mata yang masih merejap, saya ulurkan sejumlah uang untuk membayar ongkos bis. Dan, samar mata saya menangkap sosok seorang ibu setengah baya berdiri tak jauh dari tempat saya duduk. Tapi, rasa kantuk dan lelah mengalahkan niat baik untuk memberikan tempat duduk untuk ibu tersebut.

Semalam dalam perjalanan pulang dengan kereta api, duduk di hadapan saya seorang bapak berusia 40-an. Lewat seorang penjual air minum kemasan, dan ia segera menyetopnya untuk membeli. Tangan kirinya memegang segelas air minum kemasan sementara tangan satunya merogoh-rogoh kantongnya. Sesaat ia memperhatikan beberapa keping yang ia mampu raih dari bagian terdalam kantongnya, ternyata ia mengembalikan segelas air minum kemasan yang sudah digenggamnya kepada penjual air sambil menahan rasa hausnya.

Kemarin, sebelum Isya, juga dalam perjalanan pulang. Hanya berjarak 200 meter dari kantor, saya melewati pemandangan yang menyentuh hati. Di pinggir jalan Wijaya, Jakarta Selatan, sekeluarga pemulung tengah menikmati penganan kecil berbuka puasa mereka. Suami, istri, beserta dua anaknya itu tetap lahap meski yang mereka nikmati hanya sebungkus kue –entah pemberian siapa. Sempat langkah ini terhenti setelah tujuh atau delapan langkah melewati mereka, sempat pula saya berpikir untuk menghampiri keluarga itu untuk sekadar mengajak mereka makan. Tapi, bayangan ingin segera bertemu anak-anak di rumah mengalihkan langkah saya untuk meneruskan perjalanan.

Saya yang sedari tadi di depan bapak itu hanya bisa menjadikan serangkaian adegan itu sebagai tontonan. Tidak ada tawaran kebaikan keluar dari mulut ini untuk membelikannya air minum, meski di kantong saya terdapat sejumlah uang yang bahkan bisa untuk membeli dua dus air minum kemasan! Bayangkan, cuma 500 rupiah yang dibutuhkan bapak itu, tapi hati ini tak juga tergerak?

Padahal, dengan uang yang saya miliki saat itu, sepuluh bungkus nasi goreng pun bisa saya belikan. Apalagi jumlah mereka hanya empat kepala. Dan kalaupun harus tergesa-gesa, toh semestinya saya bisa memberikan sejumlah uang untuk makan mereka malam itu, atau juga untuk sahur esok hari. Duh, kenapa kaki ini justru meneruskan langkah sekadar untuk memburu kecupan kedua putri saya sebelum mereka tidur?

Pagi ini. Saya coba renungi semua perjalanan hidup ini. Ya Tuhan, sudah sedemikian keraskah hati ini? Sehingga tanpa rasa berdosa saya lewatkan begitu banyak kesempatan berbuat baik. Bukankah selama ini saya selalu berdo'a agar Engkau memberikan kemudahan untuk berbuat baik terhadap sesama? Tetapi ketika Engkau berikan jalan itu, saya malah melewatkannya.

All. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Visitantes

My Blog List

Baca Juga Yang Ini Ya.......

search

Pengikut

My Blog List

Headlinews

Translate

BERITA TERKINI

JADWAL SHALAT

JADWAL SHALAT:

div>

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting