Otak yang mempunyai sensor integrasi yang efisien tak akan
sulit menerima, mengolah dan merespon rangsangan yang masuk ke otak. Otak akan
selalu mencari rangsangan atau sensasi yang diperlukan untuk dapat berkembang.
Saat bayi lahir, dia baru menerima rangsangan indera dekatnya yaitu indera
vestibular-proprioceptive-tactile. Selengkapnya bisa Sampean baca pada artikel
sebelumnya Indera sensori integrasi manusia.
Namun, perkembangan
anak yang satu dengan yang lain tidak selalu sama. Banyak terdapat kasus
disfungsi sensori integrasi, yang berarti sensori integrasi tidak dapat
berfungsi dengan semestinya. Untuk lebih jelasnya kegagalan fungsi sensori
integrasi, terdapat beberapa contoh yang bisa Sampean perhatikan:
a. Anak tampak malas
bergerak.
b. Keseimbangan tubuh
kurang baik.
c. Anak sering
berjalan jinjit, berputar-putar atau meloncat-loncat.
d. Sering terbalik
dalam menulis atau membaca huruf atau angka. Misal, huruf b atau d, angka 6
atau 9.
e. Sering memukul
meja atau tembok.
f. Bila menulis
tekanannya terlalu kuat.
g. Suka menggigit
atau memainkan sesuatu.
h. Sulit menerima
aktivitas baru.
i. Menolak menginjak
rumput, pasir atau kerikil.
Nah, coba Sampean
perhatikan anak Sampean atau anak disekitar Sampean. Jika mereka mempunyai ciri-ciri
seperti contoh di atas, bisa di pastikan anak tersebut mengalami disfungsi
sensori integrasi. Namun jangan khawatir, agar anak-anak mampu menggunakan
sensori integrasi semestinya, para ahli selalu mencari dan akhirnya menemukan
solusi untuk mengatasinya. Yaitu, anak-anak diberikan aktivitas untuk melatih
sensori integrasi agar berfungsi dengan baik. Beberapa contoh yang diberikan
yaitu:
1. Main tebak huruf & angka
Dengan menggunakan jari telunjuk, coba buatlah bentuk angka
atau huruf di punggung anak. Tentu saja huruf atau angka tersebut yang sudah
dikenali anak Sampean sebelumnya. Mintalah untuk menebak bentuk yang Sampean
buat. Latihan ini baik sekali untuk merangsang tactile pada kulit punggung.
2. Tangkap teman
Masukkan beberapa mainan anak ke dalam kotak bekas ataupun
ember plastik. Pilih beberapa benda yang variatif, misalnya kelereng,
mobil-mobilan, tali sepatu, sikat gigi, boneka kain, binatang-binatang plastik,
dadu dan lain-lain. Mintalah si anak meraba dan memilih satu benda tanpa ia
melihatnya. Kemudian minta dia menebak, kira-kira siapa teman yang sedang ia
pegang. Latihan ini baik untuk merangsang integrasi tactile jari-jari.
3. Berayun
Ambil selimut tebal yang masuh kuat. Pegang masing-masing
ujungnya oleh dua orang dewasa. Lalu mintalah anak Sampean untuk naik.
Selanjutnya perlahan-lahan angkat selimut tersebut dan mulai diayun. Mulailah
dengan ayunan perlahan. Latihan ini baik untuk merangsang integrasi vestibular.
4. Porter jagoan
Biasakan anak Sampean mengangkut keranjang cucian (jangan
yang terlalu berat), misalnya dengan memindahkannya dari kamar mandi ke tempat
cuci. Atau cobalah melatihnya dengan membawakan barang belanjaan Sampean di
supermarket. Pilih barang-barang yang tidak mudah pecah. Bisa juga setiap pagi
dilatih untuk menySampeanng sendiri ransel sekolah di punggungnya. Latihan ini
baik untuk integrasi sensori proprioceptive.
5. Kursi T
Mintalah bantuan pada tukang kayu untuk membuatkan
kursi T. Yaitu dua buah balok kayu berukuran 40 x 15 x 10cm. Pasang balok
tersebut. Biasakanlah anak duduk secara teratur misalnya selama 10 menit di
atas kursi berbentuk huruf T ini. Latih sesering mungkin dan selama mungkin.
Dengan duduk di atas kursi T, anak akan dilatih kepekaannya pada keseimbangan
dan kemampuannya memperhatikan sesuatu.