live chat fb



20.11.12

Antara Mencicil HP dan Kambing Qurban

Arin tertegun merenungi, ternyata tahun 2007 telah berakhir. Masih terngiang di ingatan Arin ketika dirinya niat berqurban tahun lalu. Cita-cita yang tak lagi kesampaian seperti halnya tahun sebelumnya. Arin memandangi rekening tabungannya. Pemasukan dari penghasilannya lumayan sudah, tapi pengeluarannya juga tidak sedikit. Entah kenapa, semenjak pendapatannya mulai bertambah, kebutuhan hidupnya juga terus meningkat.

Arin ingat, dulu ketika bekerja dengan disambi kuliah, Arin masih sempat menyisihkan sebagian uangnya untuk berqurban. Padahal Arin tahu benar, hampir setiap hari Arin harus jungkir balik dari pagi hingga malam. Paginya, Arin mengerjakan pekerjaan freelance di daerah Depok. Siangnya, musti berlari ke kampus yang jaraknya lumayan jauh di Jakarta Pusat. Hampir setiap hari begitu. Jadi, tak jarang ketika uangnya habis untuk ongkos-ongkos, Arin meminjam uang dari ibunya yang hanya mengandalkan gaji pensiunan janda.

"Aneh," pikir Arin saat ini. Dulu, ketika kuliah dan kerja, Arin sanggup menyisihkan uang untuk qurban. Menabung tiap bulan dari Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,-. Hingga pada bulan Dzulhijjah, Arin bisa membeli kambing, walau hanya mampu kelas B. Sekarang, begitu Arin tidak lagi berkuliah dan hanya bekerja. Jangankan untuk berqurban, Arin bingung dengan begitu banyaknya kebutuhan yang tiba-tiba.

Banyak sekali keinginan dan kebutuhan Arin yang tak terbendung. Sebagian sudah terlaksana, sebagian lain belum. Kalau dipikir, memang ada beberapa kebutuhan yang benar-benar penting. Tapi, tak jarang juga, itu hanya sekadar keinginan semata.

Hidup prihatin yang Arin jalani saat itu, mengajarkan Arin untuk mengatur uang sedemikian rupa dan menabung untuk bisa berqurban. Hidup berlebih di kemudian hari, sepertinya menenggelamkan Arin pada keinginan-keinginan yang belum tercapai sebelumnya.

Beberapa waktu lalu, Arin memiliki HP dengan nilai jutaan rupiah, mencicil dari sebuah pusat penjualan elektronik. HP sebelumnya telah rusak dan menurut Arin, itu adalah salah satu benda primer. Rencananya, setelah selesai mencicil HP, Arin akan mencicil motor. Menurut Arin, ini juga kebutuhan primer. Motor tersebut akan dipakai Arin untuk transportasi ke kantornya.

Tapi, kemudian Arin bingung. HP-nya kini telah di tangan. Iklan motor bebek ada di meja belajarnya. Harga kambing yang ditawarkan kemarin tidak mencapai Rp. 800.000,-. Tidak lebih dari harga HP Arin. Tapi, ketika melihat tabungan, Arin tak lagi mendapatkan angka yang dia inginkan.

Arin jadi ingat, dia sempat mendapat nasihat dari pengajarnya dulu di kampus. Dosen Arin itu bercerita kalau berqurban akan terasa berat jika langsung mengeluarkannya. Maka ia memberi solusi dengan cara menabung terlebih dahulu. Seperti halnya HP yang Arin cicil. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa mencicil HP saja bisa, sedangkan berqurban seekor kambing yang nilainya pahala, justru tidak bisa.

Dalam renungannya, Arin berpikir, "Seyogyanya, ketika sanggup untuk mencicil kebutuhan duniawi, kenapa malah justru sulit mencicil tabungan akhirat. Kalau segalanya dimulai dengan menabung terlebih dahulu, kita bisa mendisiplinkan diri untuk memprioritaskan kebutuhan-kebutuhan."

All. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Visitantes

My Blog List

Baca Juga Yang Ini Ya.......

search

Pengikut

My Blog List

Headlinews

Translate

BERITA TERKINI

JADWAL SHALAT

JADWAL SHALAT:

div>

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting