Konon saat orang meninggal dunia, ketika jenazahnya masih
terbujur kaku, diadakanlah “upacara perpisahan” di alam ruh. Pertama-tama ruh
dihadapkan kepada seluruh kekayaan yang dimilikinya. Kemudian terjadi dialog di
antara keduanya.
Orang yang meninggal (mayat) itu berkata kepada seluruh
kekayaannya, “Dahulu aku bekerja keras untuk mengumpulkan kamu, sehingga aku
lalai dan lupa mengabdi kepada Sang Pencipta. Bukan hanya itu, bahkan aku tak
peduli cara yang aku gunakan benar atau tidak. Sekarang apa yang akan kau
berikan sebagai bekal dalam perjalananku?”
Lalu harta kekayaan itu berkata, “Ambillah dariku hanya
untuk kain kafanmu.” Sang mayat terkejut, “Jadi hanya kain kafanlah harta yang
dapat aku bawa sebagai bekal dalam perjalananku selanjutnya?”
Setelah itu sang mayat dihadapkan kepada seluruh
keluarganya. Lalu ia berkata, “Dahulu aku mencintai kalian, menjaga dan merawat
kalian dengan sepenuh hatiku. Begitu susah payah aku mengurus kalian semua
sampai terkadang aku lupa mengurus diriku sendiri. Sekarang bekal apa yang
ingin kau berikan dalam perjalananku selanjutnya?”
Kemudian anggota keluarga itu menjawab, “Kami antarkan kamu
sampai ke kuburan.” Sang mayat sedih, “Ternyata tak ada satupun anggota
keluargaku yang bersedia menemaniku ke dalam kubur.”
Setelah itu, sang mayat akan dijemput oleh jelmaan amal
perbuatannya. Bila selama hidup ia banyak beramal shaleh, maka ia akan dijemput
oleh makhluk yang berwajah ceria, berparas indah dengan aroma yang harum, bila
dipandangpun menyenangkan. Sebaliknya, bila selama hidup ia sering ingkar dan
lupa kepada Allah Sang Pencipta, maka si mayat akan dijemput oleh makhluk yang
menakutkan beraroma busuk menusuk.
Makhluk itu mengajak si mayat pergi. Karena merasa tak kenal
si mayat bertanya, “Siapakah kamu? Saya tidak mengenalmu?” Makhluk itu kemudian
menjawab, “Aku adalah jelmaan amalmu ketika hidup, dan aku akan selalu
menemanimu dalam menempuh perjalanan panjang menghadap Tuhan-mu.”
 
 
 
