live chat fb



18.7.12

Hidup adalah Belajar

Beberapa hari yang lalu, seorang perempuan rekan satu ruang kerja dengan saya, umur beliau 40-an tahun, saya pun memanggil beliau dengan sebutan kakak. Beliau sengaja mengirimkan SMS kepada saya, isi SMS beliau, “Hidup adalah belajar. Belajar bersyukur, meski tak cukup, belajar ikhlas mesti tak rela, belajar taat meski agak berat, belajar memahami meski tak sehati, belajar sabar meski tertindas dan terbebani, belajar memberi meski sedikit, belajar mengasihani meski disakiti, belajar tenang, meski gelisah dan gundah, belajar percaya meski dikhianati, belajar bangkit meski jatuh bangun dan putus asa…!”

Saya tidak tahu apa maksud SMS beliau ini dikirimkan kepada saya, tapi saya ambil hikmah bahwa beliau sebagai orang yang lebih tua mengajarkan saya tentang hidup ini lewat SMS-nya. Saya membaca SMS beliau berulang kali, memahami setiap kata yang penuh makna dan tanda tanya. Batin saya berbisik, jika kita harus belajar terus, kapan bisanya? Namun, batin saya juga berbisik bahwa hidup ini kadang tidak seperti keinginan kita, kita pingin A yang didapat malah C. Batin dan pikiran saya terus bergejolak menganalisa SMS beliau.

Jika dicermati dengan seksama, hidup memang harus disyukuri meski tidak cukup, bersyukur bahwa yang Maha Pengasih dan Penyayang masih memberikan rahmat-Nya kepada kita, walau kadang rahmat itu kita merasa belum cukup. Susah memang menjadi hamba yang bersyukur, bersyukur dalam segala ihwal kehidupan, tidak hanya sekedar mengucap Alhamdulillah sebagai syukur, tetapi syukur yang sebenarnya adalah menempatkan nikmat itu pada kehendak pemberi nikmat. Demikian salah satu definisi yang pernah saya dapatkan saat nyantri di Pesantren.

Harus diakui bahwa hidup kita penuh dengan nikmat, andai satu detik saja nikmat udara yang kita hirup dihentikan maka kitapun akan mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini. Banyak sudah nikmat yang sudah kita konsumsi, namun apakah sesuai dengan syukur kita kepada pemberi nikmat. Saya teringat sebuah kisah saat suatu malam Ainsyah terbangun dari tidurnya, dan mendapati Rasulullah tidak lagi berbaring di sampingnya, beliau melihat Rasulullah sedang melaksanakan shalat. Usai shalat, Ainsyah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau rajin beribadat, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau, dan memelihara mu ya Rasulullah? Rasulullah menjawab “Alaisa an akuna a’bdan syakura (apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur)” kurang lebih begitulah kisahnya.

Bercermin dari kisah ini, Rasulullah merupakan habibullah, orang yang dijamin masuk surga, ibadatnya luar biasa sebagai manivestasi syukurnya kepada Allah SWT. Namun, bagaimana dengan kita, apakah juga demikian, bagaimana kuantitas dan kualitas ibadat kita? Pertanyaan ini hanya pribadi kita masing-masing yang mampu menjawabnya, yang pasti kita harus bersyukur, sebab syukur itu adalah sebuah ukuran yang akan menakar iman dan ketakwaan kita kepada Allah. Ya Rabb, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur.

Kembali ke SMS kakak yang sekantor dengan saya, salah satu kalimat SMS beliau adalah belajar ikhlas meski tak rela. Saya tidak mampu melukiskan keikhlasan itu bagaimana, bagaimana wujudnya, dan bagaimana pula mengukur bahwa seseorang itu ikhlas, sebab kata Tengku saya bahwa ikhlas itu adalah persoalan hati, hanya kita dan Alllah yang tahu. Jika mulut kita mengatakan “saya ikhlas” tetapi hati kita masih pamrih dan riya maka itu belumlah dinamakan ikhlas, atau mungkin juga mulut kita mengatakan “saya tidak ikhlas” tetapi hati kita tulus karena Allah, itu sudah dihukumkan ikhlas. Sukar untuk memvonis bahwa orang itu ikhlas.

Ikhlas adalah hal yang memang mudah dilafalkan namun susah diterjemahkan dalam kehidupan, saat iblis dikutuk oleh Allah SWT, iblis berjanji akan menggoda anak Adam sebagai temanya dalam neraka, Allah memepersilahkan iblis menggoda hamba-Nya kecuali hamba-hamba yang ikhlas, demikian kisah ini disebutkan dalam Al-Qur’an, tapi saya tidak hafal tepatnya dimana ayat tersebut. Kita berharap semoga tutur kita ikhlas, perbuatan ikhlas, dan bahkan kemalangan yang ditimpakan oleh Allah kita pun ikhlas untuk menerimaanya. Kalau di kaitkan, syukur kita kepada Allah akan berbanding lurus dengan tingkat keikhlasan kita kepada Allah SWT. Jika syukur kita berkualitas maka akan mempengaruhi kualitas ikhlas kita (wallahu a’lam bishshawab).

Selanjutnya SMS beliau itu belajar taat meski agak berat. Memang jalan kebaikan selalu ada rintangannya, jalan keburukan selalu indah dan mulus jalannya, seperti dilagukan oleh Raja Dangdut Rhoma Irama. Sebenarnya, ketaatan harus kita tradisikan dalam kehidupan, taat mematuhi perintah Allah, taat menjunjung tinggi amaran Rasulullah, itu berat memang tapi harus kita tradisikan dalam kehidupan ini. Jika ketaatan telah menjadi tradisi maka berat tidak akan terasa lagi. Perlu kita catat, bahwa jangan sampai kita taat kepada makhluk yang menyebabkan maksiat kepada khaliq, bahkan dalam Agama diajarkan bahwa seorang anak diperintahkan untuk tidak taat kepada orang tua yang mengajak kepada kekufuran. Namun demikian, agama memerintahkan wasahibhuma fiddunya ma’rufa (dan bergaulah dengan keduanya (orangtua) di dunia dengan cara yang makruf).

***

Belajar memahami meski tak sehati, demikian salah satu isi SMS kakak yang sekantor dengan saya. Dalam kehidupan ini salah satu penyebab terjadinya kecekcokan dan keributan adalah tidak saling memahami dan mengerti, bahkan Aristoteles bilang bahwa kedamaian hanya didapat dengan pengertian (The Peace only get by understanding). Apakah kita mesti harus memahami jika tidak sehati sebab bertentang dengan aturan-aturan (agama, atau Negara)? Tentu memahami meski tak sehati ada tapal batasnya, batasnya adalah jika sesuatu itu bertentangan dengan ideologi atau akidah dan nilai-nilai kebenaran. Kadang kita dipaksa agar memahami sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai norma yang berlaku, atau kadang kita dipaksa memahami saat orang lain tak mau memahami kita.

Dalam konteks kehidupan kita sekarang, banyak kasus yang terjadi yang memaksa kita agar memahami meski kadang kita harus sakit hati, pembuatan gedung baru DPR misalnya. Mereka yang berkeinginan gedung DPR dibangun meminta rakyat untuk memahami bahwa gedung baru dewan itu perlu dibangun, itu kan simbul Negara, berbagai alasan pun diutarakan agar para rakyat memahami bahwa gedung baru dewan itu perlu. Di sisi lain, apakah kita juga memahami bahwa masih ada rakyat yang butuh perhatian melebihi perhatian pembangunan gedung baru dewan? Jika memang kita bijak, tentu kita akan memilih yang terpenting diantara yang penting. Tetapi yang jelas, bahwa kehidupan ini penuh dengan dinamikan, kadang dinamika itu sejalan dengan kita, kadang juga dinamika itu bersebrangan dengan kita, namun kita dituntut arif menyikapi itu semua.

Belajar sabar meski tertindas dan terbebani. Jika berbicara tentang sabar saya teringat kisah Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf bersama saudara-saudaranya. Saat masa kecil Nabi Yusuf, Saudara Nabi Yusuf berencana akan membuang nabi Yusuf sebab Nabi Ya’kup menurut pandangan mereka lebih sayang kepada Yusuf. Tibalah hari yang dimaksudkan, Saudara Nabi Yusuf memohon izin kepada nabi Ya’kub untuk mengajak bertamasya Nabi Yusuf, Nabi Ya’kub akhirnya mengabulkan permohonan mereka.

Berangkatlah anak-anak Nabi Ya’kub ini, sesampai di tempat tujuan, Nabi Yusuf akhirnya dijatuhkan ke dalam sebuah sumur, dan mereka pulang. Sesampai di rumah, Nabi Ya’kub bertanya tentang keberadaan Yusuf, mereka berdalih bahwa harimau telah memangsa Yusuf. Nabi Ya’kub sangat bersedih atas kehilangan Yusuf, kedati demikian Nabi Ya’kub masih sanggup berkata fasabrun jamil, wallahulmusta’anu a’la ma tashifun (kasabaran adalah jalan terbaik). Sabar bukan perkara ringan, dan hanya orang-orang yang hebat pula yang sanggup bersabar. Sangking beratnya, Allah memerintahkan manusia untuk memohon pertolongan kepada-Nya untuk melakukan kesabaran dan sembahyang.

Dalam kenyataan, ada kalanya kesabaran kita dinilai orang sebagai sebuah kelemahan, dianggap kita tidak mampu melawan. Pada suatu hari, saat saya mangkal di warung kopi, menikmati kopi Aceh di salah satu warung kopi yang ada di Banda Aceh, kawan saya bilang “Mangat that Gayus, cok peng dum, penjara 7 thoen, na ureung cok boh timon saboeh penjara lhee buleun, lon kutem cit jeut ke Gayus” (Enak sekali Gayus, mencuri uang Negara dengan jumlah banyak, dihukum penjara 7 tahun, ada orang yang mencuri satu mentimun dihukum penjara 3 bulan, kalau begitu saya mau juga jadi Gayus).

Kata kawan saya ini, tak sabar menyaksikan kesemrautan hukum di Negeri ini, rakyat kecil yang selalu tertindas katanya, orang besar dan banyak duitynya malah keluar masuk penjara, bahkan penjaranya itu lebih mewah dari rumah kita, demikian keluh kesah teman saya. Saya juga berpikir, apakah kita harus terus bersabar jika hukum ini bak mata pisau yang tajamnya hanya ke bawah? Tetapi, meski demikian, bersabar adalah sesuatu yang besar, bersabar adalah pekerjaan orang-orang hebat, namun bersabar tidak diartikan hanya berpangku tangan tanpa melakukan terobosan untuk memperbaiki kesemrautan.

***

Mengakhiri tulisan Hidup adalah Belajar, saya akan memfokuskan pada isi SMS, "Belajar percaya meski dikhianati, dan belajar bangkit mesti jatuh bangun dan putus asa."

Seseorang percaya dengan seseorang tentu prosesnya tidak mudah dan singkat, profil personal akan menjadi ukuran dalam memberikan kepercayaan kepada seseorang. Jika melihat umumnya manusia, rasanya sulit belajar untuk kembali percaya setelah dikhianati, sebab pengkhianatan sangat menyakitkan. Namun, menjadi pribadi yang baik, kita harus belajar tidak hanya untuk percaya, tetapi juga belajar untuk tidak mengkhianati kepercayaan.

Berkhianat adalah perbuatan paling dibenci Agama, bahkan Rasulullah melebelkan munafiqun bagi pengkhianat kepercayaan. Banyak pepatah yang memberikan sinyal akan bahaya berkhianat, seperti sekali arang tercoreng di muka, seumur hidup orang tak akan percaya. Ini dapat pula dimaknai, bahwa menjaga kepercayaan dan amanah adalah keniscayaan yang harus dimiliki oleh semua kita. Sebagai wakil rakyat, menjaga kepercayaan rakyat adalah kewajiban, jangan berkhianat pada rakyat, sebagai pemerintah menjaga amanah masyarakat adalah keharusan.

Kita coba kaitkan dengan kondisi Negeri ini, sekarang kita mengalami krisis kepercayaan dan rawan pengkhianatan. Jika diperiksa kadar percaya kita maka boleh dibilang menurun drastis, masyarakat tidak lagi percaya pada pemerintah, masyarakat tidak lagi percaya pada birokrat dan penegak hukum. Banyak jalan pula yang ditempuh dan digalakkan agar yang namanya kepercayaan dan kejujuran tumbuh dan berkembang terutama pada kalangan remaja kita, salah satunya adalah kantin kejujuran di sekolah, tapi jangan hanya di sekolah yang ada kejujuran, mestinya di “kantin-kantin” lain pun harus ada kejujuran, baik itu kantin formal maupun non formal.

Pernah dengar cerita pengembala domba? Ada seorang pengembala yang mengembala dombanya di hutan yang berdekatan dengan rumah penduduk, pada suatu hari pengembala ini iseng hendak mengerjai penduduk kampung, ia berteriak keras “serigala-serigala” semua penduduk kampong berhamburan keluar untuk menolong pengembala ini mengusir serigala. Namun yang terjadi, serigala tidak ada dan pengembala ini tersenyum berhasil mengerjai penduduk kampung. Hari kedua, masih terjadi hal yang sama, dua kali sudah penduduk kampung dibuat bodoh oleh pengembala. Hari ketiga, ternyata sekelompok serigala datang, memangsa domba-domba pengembala ini, ia berteriak keras minta pertolongan, tapi tidak seorang pun penduduk kampung yang keluar, penduduk kampung menduga bahwa ini adalah akal-akalan pengembala. Akhirnya, satu persatu domba pengembala ini dimakan.

Selanjutnya, belajar bangkit meski jatuh bangun dan putus asa. Sebelumnya, saya harus menggaris bawahi bahwa putus asa bukanlah sfat seorang mukmin sejati, jangan terlalu cepat putus asa. Jatuh-bangun adalah romantika kehidupan, sama seperti perputaran roda adakalanya di atas dan adakalanya di bawah, adakalanya kita jatuh dan ada kalanya kita bangun. Sebagai contoh saja, siapa sangka Briptu Norman Kamaru bakal terkenal dengan sebab caiyaa-caiyaa, tapi itulah kehiupan. Kita dianjurkan untuk tetap bangkit meski tertimpa musibah, bangun dari keterpurukan untuk menatap hari depan yang gemilang, pantang menyerah sebelum berusaha, dan pantang kalah sebelum bertempur di medan laga.

Hidup penuh dengan pelajaran, pelajaran yang penuh hikmat untuk dimaknai menuju kehidupan yang lebih baik, siang malam kita bermohon semoga kehidupan kita bahagia di dunia dan bahagian di akhirat. Tentu tidak hanya dengan berdo’a saja, usaha pun perlu diselaraskan dengan do’a. Selamat belajar dari kehidupan.

All. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Visitantes

My Blog List

Baca Juga Yang Ini Ya.......

search

Pengikut

My Blog List

Headlinews

Translate

BERITA TERKINI

JADWAL SHALAT

JADWAL SHALAT:

div>

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting