18:50 in 
Sebelumnya saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan ini
mungkin dianggap menghambat proses percaraian bagi yang sedang menggugat dan
digugat perceraian. Dan memang maksud dari tujuan saya menuliskan artikel ini jujur
ingin menghambat (syukur-syukur bisa mengurungkan) niat bapak dan ibu memutus hubungan sebagai suami dan istri.
 Bapak
dan ibu yang budiman, yang setiap kehadiran kalian adalah dambaan bagi putra
dan putri kalian, yang setiap ketidakhadiran kalian adalah rindu yang mendalam
bagi darah daging kalian. Perkenalkanlah, saya Rosid. Satu dari jutaan anak
dimuka bumi ini yang menjadi korban perceraian orang tuanya. Satu dari jutaan
anak yang setiap hari raya lebaran memendam rindu yang tidak akan pernah
tersampaikan untuk bisa berkumpul  bersama, berfoto bersama dan terpampang
didalam bingkai yang sama. Saya
ingin bertanya, ketika bapak-bapak dan ibu-ibu saling berseteru dalam ranah
perceraian, apa yang terpikirkan didalam pikiran bapak – ibu ?. Rasa sakit hati
kah ?, perebutan harta gono – gini kah ?, kebencian yang memuncak kah ?, atau putra
dan putri bapak ibu kah ?. Jawaban yang pertama, kedua, dan ketiga saya rasa
sangat mungkin, tapi untuk yang keempat jujur saya ragu ?. Kalau memang dalam
gugat – menggugat perceraian terpikirkan tentang putra dan putrinya saya yakin
bapak-bapak dan ibu-ibu akan berpikir lebih dari sepuluh kali untuk bercerai. Tahukah
pak… bu… tidak akan pernah ada sosok yang bisa menggantikan posisi bapak dan
ibu bagi putra dan putri kalian. Ayah tirinya mungkin bisa mengambil peran
sebagai ayah kandungnya, begitupun dengan ibu tirinya, tapi di suatu yang akan
datang akan tersimpan sebuah rasa yang begitu menggumpal didalam hati anak-anak
kalian. Rasa yang antara benci dan rindu, benci karena rasa kecewa terhadap
orang tuanya yang tidak bisa memberikan peran selayaknya orang tua lain. Rindu
karena tak kunjung mendapatkan kasih sayang yang sempurna dari sosok seorang
ayah disisi kanan dan ibu disisi kiri. Cobalah bapak ibu bayangkan ;
Saat
kenaikan kelas, orang tua siswa yang lain hadir lengkap secara kompak. Kedua tangan
setiap anak begitu mesra digandeng oleh kedua orang tuanya. Pak.. bu… itu
adalah suatu pukulan sosial dan kasih sayang yang telak bagi seorang anak yang
tidak mungkin kedua orang tuanya bisa hadir karena telah bercerai. Sanggupkah
bapak dan ibu melihat putra atau putrinya seperti itu ? Kalaupun
seorang ayah atau ibu tiri bisa memberi peran selayaknya bapak dan ibu kandung,
sanggupkah bapak dan ibu ketika melihat anak bapak dan ibu lebih manja terhadap
ayah dan ibu tirinya ?. Relakah bapak dan ibu dianggap sebagai orang tua yang
gagal ?. Anak-anak bapak dan ibu saja tidak rela kalau bapak dan ibunya
dianggap sebagai orang tua yang gagal. Hari
ini, seorang anak mungkin belum menyadari dan memahami tentang apa yang terjadi
dengan hubungan antara ayah dan ibunya. Tapi suatu saat dia akan sadar seiring
dengan tumbuhnya cara berpikir, menilai, merasa, dan menemukan keganjilan dalam
keluarganya. Kelak
mungkin jika anak-anakmu sudah dewasa akan bisa menerima kenyataan pahit akibat
perceraian kalian. Tapi itu nanti… nanti setelah sekian panjang jalan yang
harus ditempuh menuju dewasa. Setelah begitu banyak air mata yang diteteskan.
Setelah banyak rindu kasih sayang yang harus dipendam dan kadang sampai
dibuang. Setelah banyak menghela nafas dan mengusap dada.Sadarkah,
kalau perceraian bapak dan ibu akan terus mengantui pikiran sang anak ?, ketika
ia belajar, bermain, menyendiri, dan mau tidur. Bapak-bapak
dan ibu-ibu yang semoga selalu dalam naungan keridhoan Allah SWT. Tulisan ini
terlalu singkat untuk menggambarkan kondisi yang sebenarnya pasti jauh lebih
memilukan. Kadang saya masih merasa beruntung meskipun orang tua saya bercerai,
paling tidak setelah melewati proses yang panjang, saya bisa menerima kenyataan
dengan mengambil kesimpulan :“mungkin ayah dan ibu
saya tidak bisa menjadi orang tua yang seperti diharapkan oleh anak-anaknya,
tapi saya percaya bahwa ayah dan ibu saya sudah berusaha semaksimal mungkin
untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Kalaupun ada perceraian,
mungkin itulah yang disebut kecelakaan sejarah dan dalam kekhilafan. Karena itu
adalah sebuah kecelakan dan kekhilafan, saya harap jangan ada yang melalui
lintasan yang sama. Walaupun perceraian adalah sesuatu yang halal, tapi itu
bukanlah sesuatu yang  Allah senangi”.Wahai
para ayah… wahai para ibu… tataplah wajah putra dan putrimu hingga kedalam
relung-relung sanubarinya yang terdalam. Dibalik selaput matanya berlinang air
mata yang tak akan sanggup mereka bendung ketika melihat kalian mengikrarkan
satu perpisahan. Diselasar pipinya yang manis kelak akan dibasahi oleh air mata
yang tidak bisa kalian usap. Tega kah bapak ibu ketika anak-anaknya rindu
sebuah usapan tangan lembut oran
tua terkasih dipipinya yang basah oleh air mata kerinduan namun harus
mengusapnya sendiri ?. Mohon maaf sobat-sobat, kalau tulisan saya kali ini mungkin agak
curcol. Tapi jujur, ini murni atas keprihatin saya akan maraknya perceraian pasangan
suami istri yang sudah mempunyai anak. Saya hanya berharap mudah-mudahan setiap
orang tua yang mau bercerai membuang ego masing-masing, introspeksi diri,
berpikir jernih, dan kembali untuk anak-anak mereka yang akan selalu butuh
kehadiran mereka secara utuh.