ramadhan kali ini menyisakan sayatan pilu
di ruhaniku. aku tak mampu menghisab diri dari kebaikan dan keburukan, dari
amalan dan dosa, apalagi dari ikhlas dan riya. bukan terlalu banyak, tapi
terlalu kecil dan tak terindera. semuanya aku kembalikan pada-mu. beberapa hari
kulewati tanpa makna secuilpun yang tergores di kalbu. bukan ini mauku. bukan
ini tujuanku. tapi inilah yang sudah kudapat sampai saat ini. sebuah keterlambatan.
kaki ini meniti lemah anak tangga di antara
gelap masjid-mu. malam ini sudah masuk malam ramadhan yang ke sekian. hati
berseru takbir dengan kepalan jari-jari lemas terurai lagi. allah, ijinkanlah
aku menjumpaimu pada malam-malam terakhir ini, setelah sekian malam aku hanya
bergulat dengan dunia. seharian dikejar amanah kegiatan bukan hal yang lumrah
bagiku. malam ini saatnya aku bercumbu penuh khusyu dengan-nya dengan tubuh ini
diselimuti gigil ngilu
tilawahku tertinggal waktu. malu pada jam
yang tetap istiqamah berputar, tapi amalanku tak pernah mau untuk istiqamah
berjalan. tarawih dan qiyamul lail semau gue-ku, apakah engkau terima? hanya
engkau yang maha menentukan hasil dari semua usaha, aku tak sanggup
mendengarkan hasil perhitungan-mu saat ini. amalanku yang dijejali riya semoga
engkau ampuni. berapa kali shadaqahku? ah, lagi-lagi malu pada kotak shadaqah,
pada tangan kanan dan kiri yang selalu saling melihat ketika kurogoh sisa uang
saku.
allah, terangkanlah padaku tentang makna
keterlambatan. semuanya sudah berjalan jauh, tapi aku masih berlari kecil di
tempat. lelah ini kulahap sendiri. ingin rasanya berlari sekencang mungkin
untuk menyusul mereka yang telah jauh. ternyata terlambat bukan berarti tidak
sama sekali. masih ada waktu. masih ada jalan. manfaatkanlah arti dari
kesempatan.
sekarang, ijinkanlah hamba-mu ini memulai
lagi. merangkai malam-malam sunyi menjadi parade dzikir untuk-mu. mencuci diri
dari noda, yang entah dari mana harus kumulai membersihkannya. merangkak
menggapai uluran maghfirah-mu. ramadhan masih tersisa beberapa hari lagi. dan
masih ada lailatul qadar yang setia menunggu jelmaan manusia-manusia yang dia
ridhai. aku sangat menyadari betapa tidak pantasnya diri ini menerima
anugerahmu itu. tapi, apakah salah jika manusia dungu ini menginginkan
syurga-mu?
ijinkanlah aku menapaki keterlambatan
dengan beribu semangat juang. agar aku bisa sampai kehadirat-mu seperti juga
mereka yang telah sampai mendahuluiku. ijinkanlah aku mendapatkan anugerah
lailatul qadar-mu, mungkin untuk yang pertama kali, dan mungkin sekali-kalinya
dalam hidup ini. karena aku tidak tahu apakah tahun depan bisa berjumpa
ramadhan lagi, dan berjuang bersama mendapatkan anugerah-mu itu.