Kejenuhan mulai melanda rumah
tangga Anda. Datangnya pria lain dalam kehidupan, membuat Anda lebih
bersemangat. Godaan selingkuh muncul, adakah ini jawaban tepat atasi kejenuhan?
Berbagai alasan dipakai banyak orang
untuk selingkuh. Dari yang awalnya hanya “merendam kaki“ untuk menyegarkan
kepenatan rumah tangga hingga akhirnya “tercebur“ betulan.
Akhirnya, banyak pasangan bingung
memilih, lebih baik selingkuh atau bercerai?
“Saya enggak pernah pro yang selingkuh
karena tidak menyelesaikan apa-apa. Tapi, saya juga enggak menyudutkan orang
yang memutuskan bercerai. Mereka yang tahu masalah rumah tangganya. Enggak ada
satu teori daripada bercerai lebih baik selingkuh. Kadang-kadang, enggak ada
hitam atau putih, tapi bisa jadi abu-abu,“ terang Alexandra Dewi dalam
buku barunya, It’s Complicated.
Dewi, panggilan akrabnya, menegaskan,
sebelum suami atau istri memutuskan selingkuh untuk mengatasi kebosanan,
pastikan pilihan tak akan disesali di kemudian hari. Kalau pernikahan sudah
bertahun-tahun, wajar suami tidak seromantis pria TTM (teman tapi mesra) Anda.
Tetapi, suami sudah jelas-jelas membuktikan bertanggung jawab sebagai kepala
keluarga. Belum tentu selingkuhan bisa melakukannya.
“Kalau selingkuh hanya karena bosan,
ingat bahwa dengan siapa pun nantinya kita menikah, setelah bertahun-tahun
bersama pasti akan ada rasa bosan. Dan, karena semua manusia ada kekurangannya,
setiap pernikahan pun tidak semuanya bisa sempurna. Jadi, jangan Anda
repot-repot cerai hanya untuk menukar problem A dengan problem B,“ tulis Dewi
dalam buku kelimanya ini.
Dewi menambahkan, kalau Anda mau
bercerai, dunia perceraian selalu ada di sana
dan tidak akan pergi. Tetapi, sekali Anda bercerai, Anda tidak akan bisa
kembali ke pernikahan Anda yang dulu.
“Cerai atau selingkuh, saya bilang, perjuangkan
hubungan Anda. Di antara itu, enggak ada yang lebih baik. Berusahalah
perjuangkan hubungan, bukan give up dengan hubungan. Orang cerai, give up
dengan hubungannya, orang selingkuh give up dengan hubungannya. Semua punya
dampak masing-masing. Jadi, jangan cari jalan pintas!,” timpal Dr Ashwin
Kandouw, psikiater dari Rumah Sakit Pondok Indah kepada okezone pada kesempatan
yang sama.
Butuh sudut pandang orang lain
Kalau Anda ragu menentukan langkah
selanjutnya dalam pernikahan, ada baiknya tanya pendapat orang yang Anda
percaya. Dalam bukunya, Dewi menyarankan, mereka (orang yang Anda mintai
pendapat) tidak sedang jatuh cinta dan emosi mereka tidak terlibat di dalamnya.
Sehingga, mereka bisa melihat dari sudut pandang yang netral dan lebih masuk akal.
“Keputusan besar sulit dibuat saat
orang jatuh cinta. Semua keputusan besar harus melibatkan pikiran matang, tidak
emosional, tenang, dan jernih. Ini tidak dimiliki oleh orang yang jatuh cinta,“
ujar Dr Ashwin.
Selanjutnya, kalau ingin beranjak dari
hubungan terlarang ini, Anda harus berani memutuskan komunikasi dengan
selingkuhan. Pertama, supaya Anda bisa memberikan undivided attention kembali
ke suami dan ke pernikahan. Dan, akan menjadi sulit kalau bayang-bayang pihak
ketiga masih ada di sana .
Kedua, kalau Anda benar-benar sayang pada teman TTM Anda, semakin dia cepat
lupa dengan Anda, semakin cepat dia akan move on dan dapat kekasih baru (kalau
masih single).
”Belum tentu orang cerai jaminan
bahagia dan belum tentu orang yang mempertahankan pernikahannya juga akan
happy. Everything is gambling, tidak ada rumusnya. Yang bisa kita lakukan
adalah meminimalkan risiko, dan memaksimalkan hal yang bisa berhasil,” tukas
Dewi.