Saat ia marah,
Sebenarnya ia hanya ingin didekati. Ia tidak marah, hanya saja ia teramat
membutuhkanmu.
Jika ia beranikan
diri menampakan seraut wajah cemburu, itupun hanya usahanya untuk melukiskan
ketakutannya.
Saat tutur katanya
meninggi, Itu bukan pembelaan, hanya seutas kejujuran. Perhatikanlah, memang ia
senantiasa ingin dihargai. Namun ketahuilah hatinya tetap menanti.
Maka bersabarlah,
Saat ia berisik, mungkin hatinya terusik Pahamilah dengan kelembutan, agar kelembutannya
tetap terjaga dan melembutkanmu.
Kadang ia hanya mampu
diam, Menyembunyikan hujan di tepian istana hatinya. Kadang ia tersenyum
seperti tegar, sekedar menyembunyikan kerapuhan.
Laksana segenggam
rumput halus yang berbisik dibelai angin, Ia lemah, namun tidak mudah patah. Ia
akan tetap menari meski nanti angin berubah menjadi badai.
Dalam keanggunan itu
sesungguhnya terdapat kekuatan Ia tidak mudah berubah, akarnya tetap
mencengkram menguatkan sang pohon yang menaunginya.
Ia bukun rumput yang
hina, Ia adalah wanita yang dimuliakan dalam Islam.
Segenggam rumput
halus, yang butuh pohon untuk ia bersandar. Semoga Kaum Adam Dapat memahami
catatan ini. Aamiin...