live chat fb



29.8.12

Peduli Kulit Lupa Isinya

Jika kita dihadapkan pada pertanyaan seperti ini, “Pilih mana yang harus disembuhkan terlebih dahulu, jerawat di wajah atau luka di punggung?” Sebagian orang akan lebih mendahulukan mengobati jerawatnya ketimbang luka menganga di punggungnya meskipun luka itu terasa lebih menyakitkan.

Kadang alasannya sederhana, jerawat di wajah sangat mengganggu penampilan, sedangkan luka di punggung masih bisa disembunyikan di balik pakaian. Ia menjadi lebih penting untuk menyelesaikan urusan yang kecil daripada masalah yang lebih besar.

Ya, jerawat memang urusan kecil, namun karena letaknya di wajah ia terasa lebih bermasalah. Apalah lagi letak jerawat itu tidak jauh dari mata, setiap saat selalu terlihat, terlebih saat bercermin. Belum lagi jika seseorang menyinggungnya dengan kalimat menyindir, “Jerawat betah tuh? Dipelihara ya?”

Padahal luka yang lebih parah terdapat di punggung. Hanya saja karena ia di belakang dan tak langsung terlihat mata, seringkali terabaikan, meskipun ia berpotensi menjadi masalah yang sangat besar. Boleh jadi tak ada seorangpun yang tahu Anda memiliki luka cukup parah di balik pakaian, sebab Anda begitu pandai menyembunyikannya. Bagaimana jika jerawat di wajah belum hilang? Atau justru terus bertambah? Mungkin kita akan sengaja melupakan luka di punggung meski terus membesar.

Kemudian bagaimana pula jika noda, luka, atau masalahnya bukan di tubuh bagian luar? Bukan di tempat yang masih bisa terlihat kasat mata? Luka yang hanya bisa dirasa namun tidak bisa diraba. Noda yang hanya bisa disadari dengan mata hati, yang selalu bertambah setiap kali diri ini melakukan pelanggaran terhadap nilai-nilai kebenaran? Setiap kali berlaku menyimpang saat tak seorang pun melihatnya?

***

Kita akan sering menemukan orang yang nampak tak memiliki masalah, meski sebenarnya ia tengah terlibat banyak masalah. Di sekitar kita akan nampak orang-orang yang begitu bersih penampilan luarnya, namun tak peduli pada kotoran di hatinya. Dan sebaliknya, teramat sering mengacuhkan orang yang tampak luar tak lebih baik, walaupun yang tertanam di dalam dadanya jauh lebih indah.

Sebagian kita cenderung peduli pada penampilan luar yang sebenarnya tak selalu mencerminkan kondisi diri seutuhnya. Kita senang membeli pakaian bagus untuk menutupi tubuh, namun terlupa membenahi bagian dalam tubuh. Kita senang memoles wajah dengan kosmetik, tetapi alpa memoles hati dengan memperbanyak dzikir, lupa mengasah perilaku dengan beragam kebajikan.


Sesal Di Sana Tiada Berguna

Seorang murid duduk menyendiri, terpisah dari teman-temannya yang tertawa riang bercanda. Ia tetap di sana hingga seorang guru datang dan bertanya, mengapa bersedih, bukankah ia dan teman-temannya lulus semua? Pertanyaan serupa yang juga kuajukan pada putriku saat ia bercerita malam itu.

 Adalah nilai ujian yang tidak sesuai harapan, jauh di bawah standar untuk bisa masuk ke sekolah favorit yang membuat sang murid memisahkan diri dari teman sekelasnya. Sesal mendalam yang kini dirasa. Bukan salah sang guru bila pernah mengatakan bahwa seluruh siswa sekolah dasar dijamin lulus karena keputusan kelulusan diserahkan kepada masing-masing sekolah. Ini salah dirinya, mengapa menanggapi ini dengan belajar sekedarnya, tak perlu bersungguh-sungguh, toh sudah dijamin lulus juga.

 Sesal yang jauh lebih besar dan mendalam juga akan kita rasakan bila keliru memahami bahwa setiap yang mengucap dua kalimat syahadat, menyakini tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad sebagai rasul Nya, maka ia dijamin masuk surga. Tidak ada sedikitpun keraguan pada jaminan ini, tapi apakah kelak kita langsung masuk surga atau singgah dulu di neraka, ini yang harus kita upayakan selama hidup di dunia.

 Seperti yang terjadi pada kisah diatas, seorang murid tidak bisa masuk ke sekolah favorit karena nilai ujiannya tak memenuhi standar yang ditetapkan akibat dari ia tak sungguh-sungguh belajar, maka tak cukup pula kita mengucap dua kalimat syahadat lalu mengabaikan seluruh kewajiban yang menyertainya. Sang murid memang dinyatakan lulus, itu artinya ia bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, tapi nilai ujian yang didapatnya tak memungkinkan ia masuk ke sekolah yang menjadi pilihannya. Begitupun kita, selama iman masih melekat hingga ajal tiba, maka surga jaminannya. Namun bila nilai ibadah yang kita punya tak mencukupi, tidak bisa langsung masuk ke surga kecuali singgah dulu di neraka. Berapapun lamanya, harus diingat bahwa sebentar di sana sama dengan bertahun-tahun lama waktu di dunia. Astaghfirulloh!

 Wahai diri, ,b>imani yang enam, laksanakan yang lima.Tidak cukup dengan mengatakan beriman, tapi harus diikuti dengan perbuatan. Menjalankan segala perintahNya, menjauhi segala laranganNya dan meneladani yang dicontohkan rasulNya adalah satu kewajiban.

 Jika sang murid tak bisa lagi mengulang ujiannya, maka kitapun tak bisa minta dikembalikan ke dunia agar bisa beribadah sebaik dan sebanyak-banyaknya. Selagi masih ada kesempatan di dunia, benahi sekarang, jangan sampai menyesal di akhirat, karena sesal di sana tiada berguna.

All. Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Visitantes

My Blog List

Baca Juga Yang Ini Ya.......

search

Pengikut

My Blog List

Headlinews

Translate

BERITA TERKINI

JADWAL SHALAT

JADWAL SHALAT:

div>

 
Design by ThemeShift | Bloggerized by Lasantha - Free Blogger Templates | Best Web Hosting